Rabu, 05 Desember 2012
penemu angka nol
hukum tajuid dalam al-quran
Sabtu, 17 November 2012
sistem rem pada kalmar
BAB III
SISTEM REM PADA KALMAR
Kalmar merupakan suatu merk alat berat, terdapat berbagai macam tipe dan jenis. Namun sistem rem yang digunakan sama, sistem rem pada kalmar hanya terdapat pada 2 bagian roda penggerak yaitu roda depan dan dibagian poros propeller yang berfungsi sebagai parking brake.
Rem tipe ini menggunakan 2 prinsip yaitu rem hidrolis dan pneumatic karena menggunakan oli brake dan tekanan gas nitrogen yang ada pada accumulator.
3.1. Prinsip Kerja Sistem Rem Pada Kalmar
Gambar 3.1. Skema Primsip Kerja Sistem Rem Pada Kalmar
3.1.1. Prinsip Kerja Sistem Rem Pada Kalmar
Pada saat mesin hidup pompa oli memompa oli brake dari tangki, oli brake di pompa menuju filter oli brake kemudian menuju accumulator charging valve. Apabila tekanan accumulator kurang dari 15.5 MPa(155 Bar) accumulator charging valve mengarahkan oli brake menuju accumolator untuk diisi oli brake sampai penuh yaitu 22 MPa(220 bar) dan menyimpan tekanan tesebut, saat accumulator diisi atau sudah penuh break-contact brake oil pressure mengirimkan signal listrik menuju control unit frame front dan masuk ke control unit KIT yang ada didalam control unit frame front setelah itu signal dikirim menuju monitor dan menunjukkan berapa tekanan yang ada di dalam accumulator. Apabila accumulator sudah penuh/terisi maka oli brake diarahkan oleh accumulator charging valve menuju saluran B accumulator charging valve. Kemudian menuju saluran P brake valve .
Apabila pedal brake dalam keadaan bebas maka brake valve mengarahkan oli brake ke saluran T brake valve yang menuju ke tangki oli brake. Tetapi apabila pedal brake ditekan maka brake valve mengarahkan oli brake ke saluran B brake valve yang kemudian melewati make-contact brake lights dan masuk ke dalam brake cylnders, dan tekanan yang berasal dari accumulator menekan brake plate dan brake disc yang berhubungan dengan roda sehingga kecepatan kendaraan berkurang dan akhirnya kendaraan berhenti. Saat oli brake melewati make-contact brake lights, make-contact brake lights mengirimkan signal menuju control unit frame front kemudian signal masuk ke control unit KIT yang ada didalam control unit frame front setelah itu signal dikirim menuju monitor dan menghidupkan lampu peringatan tekanan bahwa oli brake telah masuk ke dalam brake cylinders dan menekan brake disc(kanvas rem) dan brake plate sehingga terjadi daya pengereman pada roda(rem bekerja).
Setelah pedal di lepaskan oli brake yang ada di brake cylnders akan kembali ke tangki karena tidak ada tekanan dari accumulator, sehingga tekanan yang ada pada brake cylinder menjadi normal. Oli brake akan kembali ke tangki melalui saluran B kemudian ke saluran T brake valve. Setelah itu oli brake kembali ka dalam tangi oli brake.
Gambar 3.2. Accumulator
Gambar 3.3. Posisi Accumulator Pada Kalmar
3.2. Temperature Control and Cleaning
Gambar 3.4. Skema Temperature Control And Cleaning
Nama bagian - bagian temperature control and cleaning
Pada saat system rem bekerja temperature kerja oli brake adalah 50oc tetapi temperature oli brake dapat naik hal in disebabkan karena system rem bekerja menggunakan tekanan dari accumulator yang bertekanan tinggi, oli yang di tekan terus-menerus suhunya pasti akan naik. Selain itu temperarur oli brakem naik juga disebabkan panas dari mesin yang ber-cc besar dan bermesin diesel, selain itu alat bekerja hampir 20 jam. Apabila oli brake tidak di dinginkan maka akan terjadi kerusakan komponen pada system rem.
3.2.1. Prinsip Kerja Saat Terjadi Pendinginan
Pada saat tempratur oli brake naik menjadi 60-660c temperature sensormmengirimkan signal menuju control unit frame front kemudian ke control unit KID kemudian diteruskan menuju monitor, kemudian monitor menunjukkan tanda peringatan dan berapa suhu oli brake. Kemudian control unit frame front mengirimkan signal ke cooling fan dan cooling fan dapat hidup sehingga mendinginkan oli brake yang ada di dalam cooler brake system.
Saat oli brake yang sudah dingin yang ada didalam tangki di pompa olehmpompa brake oli menuju filter untuk di bersihkan dari kotoran kotoran, setelah itu oli brake menuju accumulator charging valve. Dari accumulator charging valve oli di salurkan menuju saluran T accumulator charging valve menuju bypass valve in distribution blok. Setelah itu oli masuk ke dalam wheel brakes lalu mensirkulasikan/menggantikan oli brake yang ada di dalam wheel brakes. Kemudian oli brake dari wheel brakes yang masih panas menuju cooler dan kemudian didinginkan oleh cooling fan, setelah dingin oli brake kembali ke tangk oli brake.
Karena pompa terus memompa oli brake sedangkan pendinginan yang terjadi di dalam cooler membutuhkan waktu untuk mencegah kelebihan tekanan pada cooler thermal bypass valve meneruskan/mengarahkan oli brake ke dalam tangki.
Catatan: Apabila kipas tidak berputar maka warning indicator pada monitor akan muncul.
3.3. Sistem Rem Parkir Pada Kalmar
Gambar 3.5. Skema Saat Rem Parkir Aktif
Nama bagian – bagian pada sistem rem parkir pada kalmar
3.3.1. Prinsip Kerja Rem Parkir Pada Kalmar
Saat switch parking brake aktif/ditekan signal dikirmkan ke control unit frame front dan kemudian control unit frame front mengaktifkan solenoid valve parking brake dan kemudian saluran H accumulator charging valve terbuka. Saat itu break-contcatc(opening switch) parking brake mengirimkan signal ke control unit frame front dan diteruskan ke control unit cab, kemudian signal menuju monitor dan menghidupkan indicator light parking brake.
Maka tekanan dari accumulator di arahkan ke saluran H accumulator charging valve dan masuk ke brake kaliper dan menekan disc brake sehingga poros propeller tadaik dapat bergerak/berputar. Oli yang dipompakan pompaoli hanya mengalir ke filter kemudian masuk ke accumulator charging valve dan dikembalikan ke tangki melalui saluran T accumulator charging valve.
Gambar 3.6. Bagian Rem Parkir Pada Kalamar
3.4. Nama Komponen Sistem Rem Pada Kalmar dan Fungsinya
Gambar 3.7.Komponen Sistem Rem Pada Kalmar
Penjelasan gambar
Fungsi dari bagian – bagian / komponen rem pada kalmar adalah sebagai berikut:
a. Brake valve: Berfungsi mengatur terjadinya pengereman
b. Brake oil pump: Berfungsi memompa oli brake yang ada di dalam tangki menuju filter
c. Break-contact brake oil pressure: Berfungsi sebagai sensor tekanan yang mangukur tekanan yang ada di dalam accumulator dan kemudian mengirim signal ke control unit frame, sehingga tekanan dapat ditampilkan di monitor
d. Accumulator charging valve: Berfungsi Untuk mengarahkan oli brakesesuai keadaan.
e. Make-contact brake lights: Berfungsi sebagai sensor tekanan yang mengirimkan signal listrik ke control unit frame apabila ada tekanan di dalam brake cylinders, sehingga lampu rem dapat menyala.
f. Wheel brake: Bagian roda yang terjadi pengereman
g. Accumulator brake syatem: Berfungsi untuk menyimpan tekanan oli brake sebelum di gunakan.
h. Brake oil filter: Berfungsi menyaring kotoran-kotoran yang ada pada oli brake
i. Barake cylinder: Berfungsi sebagai tempat terjadinya hubungan gesek antara Brake disc dan Brake plate, selain itu brake cylinder juga berfungsi menahan Brake plate agar tidak ikut berputar bersama Brake disc.
Gambar 3.8. Barake Cylinder
j. Brake disc: Berfungsi sebagai bidang gesek yang ikut berputar dengan wheel brakes
Gambar 3.9 Brake Disc
k. Brake plate: berfungsi sebagai bidang gesek yang ada di brake cylinder dan menahan brake disc saat terjadi pengereman
Gambar 3.10. Brake Plat
3.5. Komponen Sistem Rem Parkir Pada Kalmar
Gambar 3.11. Komponen Sistem Rem Parkir Pada Kalmar
a. Brake-contact (opening switch) parking brake: Berfungsi untuk memberitahukan bahwa saluran H pada accumulator charging valve telah terbuka, sehingga lampu indikator rem parkir dapat menyala.
b. Selenoid valve parking brake: Berfungsi untuk membuka saluran H pada accumulator charging valve, sehingga tekanan oli brake dari accumulator dapat masuk ke brake caliper.
c. Parking brake unit: Berfungsi mengunci poros propeller agar tidak dapat bergerak atau berputar.
Gambar 3.12. Komponen Sistem Pendingin Rem Pada Kalmar
a. Brake oil tank: Berfungsi sebagai tempat nyimpanan/penampungan oli brake.
b. Breather filter: Berfungsi sebagai penyaring pernafasan udara pada tangki.
c. Sensor brake oil temperature: Berfungsi mengukur temperature oli brake.
d. Tank heater: Berfungsi memanaskan oli brake di dalam tangki.
e. Thermal bypass valve: sebagai saluran penerus dan mencegah terjadinya kelebihan tekanan dari cooler.
f. Oil cooler: Berfungsi sebagai tempat di dinginkannya oli brake yang panas.
g. Cooling fan: Berfungsi mendinginkan oli brake yang ada di dalamb cooler
3.5. Trouble Shooting Komponen Sistem Rem Pada Kalmar
Oli gardan bercampur dengan oli brake. Penyebabnya adalah seal oli brake sudah keras/ bocor/rusak.
Accumulator tidak berisi. Penyebabnya adalah accumulator charging valve rusak.
Tekanan pada accumulator turun tanpa digunakan. Penyebab kerusakan adalah accumulator bocor sehingga tidak bisa menampung tekanan .
Temperatur oli brake naik terus. Penyebab kerusakan adalah kipas rusak atu tidak berputar.
Daya pengereman kurang. Penyebab nya adalah :
a. Adanya udara di dalam system rem(Masuk angin).
b. Jumlah oli brake kurang.
c. Tekanan yang di simpan accumulator kurang dari 8 atm.
d. Brake disc(kanvas rem) sudah aus.
e. Brake valve rusak.
Kipas pendingin tidak berputar. Penyebabnya adalah.
a. Brushnya sudah aus
b. Sensor temperature sudah rusak
c. Kebelnya ada yang putus.
d. Pengunci kipas lepas.
e. Turbin kipas sudah rusak
Kebocoran oli brake. Penyebab kerusakanya adalah:
a. Selang penghubung sobek / rusak.
b. O-ring pada nepel keras .
c. Nepelnya retak atau haus .
Low pressure indicator menyala. Penyebab kerusakanya adalah tekanan pada accumulator rendah / tidak stabil kemungkinan terjadi kebocoran gas nitrogen pada accumulator.
3.6. Pemerikasaan dan Perawatan Komponen Sistem Rem Pada Kalmar
Sevis 2000 jam
Pada servis 2000 dilakukan penggantian oli brake dan filternya, jumlah oli brakenya adalah 100 liter dan 1 filter oli brake.
Pemeriksaan pedal rem
a. Bersihkan lantai dalam kabin dan cek tidak ada yang menghalangi pergerakan pedal rem.
b. Kemudian cek pegas pengembali pedal rem, setelah itu cek celah bebas pedal antara1-1.5 mm. Jika di butuhkan set ulang pedal rem.
c. Lumasi engsel pedal dengan gemuk/grease.
Pemeriksaan pompa oli
a. Hidupkan dan panaskan mesin terlebih dahulu sampai mencapai suhu kerja oli mesin yaitu 50oC.
b. Kemudian matikan mesin.
Gambar 3.13. Cek Tekana Pompa Tekanan
Gambar 3.14. Penutup Accumulator Charging Valve
c. Lalu hubungkan pressure gauge
d. Hidupkan mesin dan biarkan dalam putaran stasioner.
e. Buka drain valve di accumulator charging valve dan cek tekanan selama pengisian. Selama pengisian tekanan harus mencapai 22 MPa(220 Bar) sebelum accumulator charging valve mengarahkan untuk pendinginan, saat pendinginan tekanan akan turun.
f. Cek tekanan saat pendinginan. Saat pendinginan tekanan 0.10- 0.15 MPa(1-1.5 Bar).
g. Matikan mesin.
h. Lepaskan pressure gauge
i. Tutup kembali drain valve
Pengecekan accumulator
a. Hidupkan mesin dan biarkan dalam putaran stationer selama 1 menit sampai terjadi pendinginan oli brake.
b. Matikan mesin dan kontak dalam posisi I.
c. Gunakan dan bebaskan rem beberapa kali dan hitung berapa kali rem di gunakan sebelum lampu peringatan tekanan rendah menyala. Pada kondisi normal lampu akan menyala setelah 8 kali. Apabila lampu menyala lebih awal maka salah satu tabung accumulator ada yang bermasalah.
Pemeriksaan parking brake
a. Hidupkan mesin dan biarkan sampai accumulator terisi penuh dan terjadi pendinginan oli brake.
b. Matikan mesin dan kontak dalam posisi I.
c. Aktifkan rem parker.
d. Cek pergerakan yang terjadi pada caliper.
e. Lepaskan cover caliper.
f. Kendurkan mur pengunci.
Gambar 3.15. Cover Caliper.
g. Set baut penyatel sampai rem parkir dapat bekerja.
h. Lalu kembalikan ¾ putaran.
i. Kencangkan mur pengunci.
j. Pasang kembali cover
k. Cek apakah rem parker dapat berfungsi.
Minggu, 27 November 2011
Selasa, 13 September 2011
las listrik 2
KELOMPOK III : PRESENTASI LAS LISTRIK JOKO SETYO. P M. BOBY PUTRANANZA MEIDY GUSNUR. S M. ALBARIN NOVI RAHMAD WIJAYA
LAS LISTRIK
1. Pengertian las listrik
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam dimana logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa tekanan, atau dapat didefinisikan sebagai akibat dari metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Sebelum atom atom tersebut membentuk ikatan, permukaan yang akan menjadi satu perlu bebas dari gas yang terserap atau oksida-oksida.
3. Mesin las listrik
Mesin las merupakan sumber tenaga yang memberi jenis tenaga listrik yang
diperlukan serta tegangan yang cukup untuk terus melangsungkan suatu lengkung
listrik las.
Sumber tenaga mesin las dapat diperoleh dari:
● Motor bensin atau diesel
● Gardu induk
Tegangan pada mesin las listrik biasanya :
● 110 volt
● 220 volt
● 380 volt
Antara jaringan dengan mesin las pada bengkel terdapat saklar pemutus.
Mesin las digerakkan dengan motor, cocok dipakai untuk pekerjaan lapangan
atau pada bengkel yang tidak mempunyai jaringan listrik. Busur nyala terjadi
apabila dibuat jarak tertentu antara elektroda dengan benda kerja dan kabel massa
dijepitkan ke benda kerja.
Mesin ini memerlukan sumber arus bolak-balik dengan tegangan yang lebih rendah pada lengkung listrik. Keuntungan – keuntungan mesin las AC antara lain : ● Busur nyala kecil, sehingga memperkecil kemungkinan timbunya keropos pada rigi-rigi las. ● Perlengkapan dan perawatan lebih murah
2. Mesin las listrik – Rectifier arus searah (DC)
Mesin ini mengubah arus listrik bolak-balik (AC)
yang masuk, menjadi arus listrik searah (DC)
keluar.
Pada mesin AC, kabel masa dan kabel
elektroda dapat dipertukarkan tanpa
mempengaruhi perubahan panas yang timbul pada busur nyala.
Keuntungan-keuntungan mesin las DC antara lain : ● Busur nyala stabil ● Dapat menggunakan elektroda bersalut dan tidak bersalut ● Dapat mengelas pelat tipis dalam hubungan DCRP ● Dapat dipakai untuk mengelas pada tempat- tempat yang lembab dan sempit
● Helm Las
Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit maupun mata,Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut. Sinar Ias yang sangat terang/kuat itu tidak boleh dilihat dangan mata langsung sampai jarak 16 meter. Oleh karena itu pada saat mengelas harus mengunakan helm/kedok las yang dapat menahan sinsar las dengan kaca las. Ukuran kaca Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan. Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut: No. 6. dipakai untuk Ias titik No. 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper. No. 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper. No. 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper. No. 12. untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper. No. 14 untuk pangelasan diatas 400 amper. Untuk melindungi kacapenyaring ini biasanya pada bagian luar maupun dalam dilapisi dengan kaca putih.
● Apron
Apron adalan alat pelindung badan dari percikan bunga api yang dibuat dari kulit atau dari asbes.
Ada beberapa jenis/bagian apron :
● Apron lengan
● Apron lengkap
● Apron dada
● Sarung Tangan (Welding Gloves)
Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan memegang pemegang elektroda. Pada waktu mengelas harus selalu dipakai sepasang sarung tangan.
● Sepatu Las
Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api, Bila tidak ada sepatu las, sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai
● Masker Las
Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik, maka gunakanlah masker las, agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun.
● Kamar Las
Kamar las di buat dari bahan tahan api, kamar las penting bagi orang yang ada di sekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las. Untuk mengeluarkan gas, sebaiknya kamar las di lengkapi dengan system ventilasi: Didalam kamar las di tempatkan meja las. Meja las harus besih dari bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api.
● Jaket Las
Jaket pelindung badan + Tangan yang terbuat dari kulit / Asbes.
5. Pengkutuban elektroda
● Pengkutuban Langsung
Pada pengkutuban langsung, kabel elektroda dipasang Pada terminal negatif dan kabel massa pada terminal positif. Pengkutuban langsung sering disebut sebegai sirkuit las listrik dengan elektroda negatif. (DC-).
● Pengkutuban terbalik
Untuk pengkutuban terbalik, kabel elektroda dipasang pada terminal positif dan kabel massa dipasang pada terminal negative. Pengkutuban terbalik sering disebut sirkuit las listrik dengan elektroda positif (DC+)
6. Pengaruh pengkutuban pada hasil las
Pemilihan jenis arus maupun pengkutuban pada pangelasan bergantung kepada :
● Jenis bahan dasar yang akan dilas
● Jenis elektroda yang dipergunakan
Pengaruh pengkutuban pada hasil las adalah pada penembusan lasnya. Pengkutuban langsung akan menghasilkan penembusan yang dangkal sedangkan Pada pengkutuban terbalik akan terjadi sebaliknya. Pada arus bolak-balik penembusan yang dihasilkan antara keduanya
7. Tegangan dan arus listrik pada mesin las
Volt adalah suatu satuan tegangan listrik yang dapat diukur dengan suatu alat Voltmeter. Tegangan diantara elektroda dan bahan dasar menggerakkan elektron - elektron melintasi busur.
Ampere adalah jumlah arus listrik yang mengalir yang dapat diukur dengan Amperemeter. Lengkung listrik yang panjang akan menurunkan arus dan menaikkan tegangan.
8. Perlengkapan Las listrik
● Kabel Las
Kabel las biasanya dibuat dari tembaga yang dipilin dan dibungkus dangan karet isolasi. Yang disebut kabel las ada tiga macam yaitu :
● kabel elektroda
● kabel massa
● kabel tenaga
Kabel elektroda adalah kabel yang menghubungkan pesawat las dengan elektroda. Kabel massa menghubungkan pesawat las dengan benda kerja. Kabel tenaga adalah kabel yang menghubungkan sumber tenaga atau jaringan listrik dengan pesawat las. Kabel ini biasanya terdapat pada pesawat las AC atau AC - DC.
● Pemegang elektroda
Ujung yang tidak berselaput dari elektroda dijepit dengan pemegang elektroda.
Pemegang elektroda terdiri dari mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus oleh bahan penyekat. Pada waktu berhenti atau selesai mengelas, bagian pegangan yang tidak berhubungan dengan kabel digantungkan pada gantungan dari bahan fiber atau kayu.
● Palu Las
Palu Las digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las pada jalur Ias dengan jalan memukulkan atau menggoreskan pada daerah las. Berhati-hatilah membersihkan terak Ias dengan palu Ias karena kemungkinan akan memercik Ke mata atau ke bagian badan lainnya
● Sikat Kawat
Dipergunakan untuk :
● Membersihkan benda kerja yang akan dilas
● Membersihkan terak Ias yang sudah lepas dari jalur las oleh pukulan palu las.
● Klem Massa
KLEM MASSA adalah suatu alat untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja. Biasanya klem massa dibuat dari bahan dengan penghantar listrik yang baik seperti Tembaga agar arus listrik dapat mengalir dengan baik, klem massa ini dilengkapi dengan pegas yang kuat. Yang dapat menjepit benda kerja . Walaupun demikian permukaan benda kerja yang akan dijepit dengan klem massa harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran - kotoran seperti karat, cat, minyak.
● Tang Penjepit
Penjepit ( Tang ) digunakan untuk memegang atau memindahkan benda kerja yang masih panas.
9. Proses Penyulutan
Setelah arus dijalankan, elekteroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan disentuhkan sebentar dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda).
● Menyalakan busur listrik
Untuk memperoleh busur yang baik di perlukan pangaturan arur (ampere) yang tepat sesuai dengan type dan ukuran elektroda, Menyalahkan busurd apat dilakukan dengan 2 (dua) cara yakni :
● Bila pesawat Ias yang dipakai pesewat Ias AC, menyalakan busur
dilakukan dengan menggoreskan elektroda pada benda kerja lihat gambar.
● Untuk menyalakan busur pada pesawat Ias DC, elektroda disentuhkan seperti pada gambar.
Bila elektroda harus diganti sebelum pangelasan selesai, maka untuk melanjutkan pengelasan, busur perlu dinyalakan lagi. Menyalakan busur kembali ini dilakukan pada tempat kurang lebih 26 mm dimuka las berhenti seperti pada gambar. Jika busur berhenti di B, busur dinyalakan lagi di A dan kembali ke B untuk melanjutkan pengelasan. Bilamana busur sudah terjadi, elektroda diangkat sedikit dari pekerjaan hingga jaraknya ± sama dengan diameter elektroda. Untuk elektroda diameter 3,25 mm, jarak ujung elektroda dengan permukaan bahan dasar ± 3,25 mm.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan : ●Jika busur nyala terjadi, tahan sehingga jarak ujung elektroda ke logam induk besarnya sama dengan diameter dari penampang elektroda dan geser posisinya ke sisi logam induk. ● Perbesar jarak tersebut(perpanjang nyala busur) menjadi dua kalinya untuk memanaskan logam induk. ● Kalau logam induk telah sebagian mencair, jarak elektroda dibuat sama dengan garis tengah penampang tadi. ● Memadamkan busur listrik Cara pemadaman busur listrik mempunyai pengaruh terhadap mutu penyambungan maniklas. Untuk mendapatkan sambungan maniklas yang baik sebelum elektroda dijauhkan dari logam induk sebaiknya panjang busur dikurangi lebih dahulu dan baru kemudian elektroda dijauhkan dengan arah agak miring.
● Pengaruh panjang busur pada hasil las. Panjang busur (L) Yang normal adalah kurang lebih sama dengan diameter (D) kawat inti elektroda. ● Bila panjang busur tepat (L = D), maka cairan elektroda akan mengalir dan mengendap dengan baik. Hasilnya : ● rigi-rigi las yang halus dan baik. ● tembusan las yang baik ● perpaduan dengan bahan dasar baik ● percikan teraknya halus.
● Bila busur terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, bisa terjadi pembekuan ujung elektroda pada pengelasan (lihat gambar 158 c). hasilnya: ● rigi las tidak merata ● tembusan las tidak baik ● percikan teraknya kasar dan berbentuk bola
Sebaliknya bila arus terlalu besar maka elektroda akan mencair terlalu cepat dan menghasilkan permukaan las yang lebih lebar dan penembusan yang dalam. Besar arus untuk pengelasan tergantung pada jenis kawat las yang dipakai, posisi pengelasan serta tebal bahan dasar
● Pengaruh Besar Arus
Besar arus pada pengelasan mempengaruhi hasil las. Bila arus terlalu rendah akan menyebabkan sukarnya penyalaan busur listrik dan busur listrik yang terjadi tidak stabil. Panas yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan bahan dasar sehingga hasilnya merupakan rigi-rigi las yang kecil dan tidak rata serta penembusan yang kurang dalam.
10. Elektroda
Keterangan :
E menyatakan elektroda
Dua angka setelah E (misalnya 60 atau 70) menyatakan kekuatan tarik defosit las dalam ribuan dengan 1b/inchi2
Angka ke tiga setelah E menyatakan posisi pengelasan, yaitu :
- Angka (1) untuk pengelasan segala posisi
- Angka (2) untuk pengelasan posisi datar dan bawah tangan
d. Angka ke empat setelah E menyatakan jenis selaput dan jenis arus yang cocok dipakai untuk pengelasan.
11. Macam-macam gerakan elektroda
● Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda. Gerakan ini dilakukan untuk
mengatur jarak busur listrik agar tetap.
● Gerakan ayunan elektroda. Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur
las yang dikehendaki.
Ayunan keatas menghasilkan alur las yang kecil, sedangkan ayunan kebawah menghasilkan jalur las yang lebar. Penembusan las pada ayunan keatas lebih dangkal daripada ayunan kehawah.
1 Ayunan segitiga dipakai pada jenis elektroda Hydrogen rendah untuk mendapatkan penembusan las yang baik diantara dua celah pelat. Beberapa bentuk-bentuk ayunan diperlihatkan pada gambar dibawah ini. Titiktitik pada ujung ayunan menyatakan agar gerakan las berhenti sejenak pada tempat tersebutL untuk memberi kesempatan pada cairan las untuk mengisi celah sambungan.
Tembusan las yang dihasilkan dengan gerekan ayun tidak sebaik dengan gerakan lurus elektroda. Waktu yang diperlukan untuk gerakan ayun lebih lama, sehingga dapat menimbulkan pemuaian atau perubahan bentuk dari bahan dasar. Dengan alasan ini maka penggunaan gerakan ayun harus memperhatikan tebal bahan dasar.
12. Posisi pengelasan
● Posisi di bawah tangan
Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah dilakukan. Oleh sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan pengelasan sedapat meungkin di usahakan pada posisi dibawah tangan. Kemiringan elektroda 10 derajat – 20 derajat terhadap garis vertical kea rah jalan elektroda dan 70 derajat-80 derajat terhadap benda kerja.
● Posisi tegak (vertical)
Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas atau ke bawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadapvertikal dan 70 derajat-85 derajat terhadap benda kerja.
● Posisi datar (horizontal)
Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal. Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat – 10 derajat terhadap garis vertical dan 70 derajat – 80 derajat kearah benda kerja
● Posisi di atas kepala (Overhead)
Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang serba lengkap. Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 – 20 Derajat terhadap garis vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja.
● Posisi datar (1G)
Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua sisi, tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja. Type posisi datar (1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah. Dapat diapplikasikan pada material pipa dengan jalan pipa diputar.
● Posisi horizontal (2G)
Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal, yaitu pipa pada posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa. Kesulitan pengelasan posisi horizontal adalah adanya gaya gravitasi akibatnya cairan las akan selalu kebawah. Adapun posisi sudut electrode pengelasan pipa 2G yaitu 90º Panjang gerakan elektrode antara 1-2 kali diameter elektrode. Bila terlalu panjang dapat mengakibatkan kurang baiknya mutu las. Panjang busur diusahakan sependek mungkin yaitu ½ kali diameter elektrode las. Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak terjadi cacat. Gerakan seperti ini diulangi untuk pengisian berikutnya
● Posisi vertikal (3G)
Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate. Posisi 3G ini dilaksanakan pada plate dan elektrode vertikal. Kesulitan pengelasan ini hampir sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi cairan elektrode las akan selalu kebawah
● Posisi horizontal pipa (5G)
Pada pengelasan posisi 5G dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Pengelasan naik
Biasanya dilakukan pada pipa yang mempunyai dinding teal karena membutuhkan panas yang tinggi. Pengelasan arah naik kecepatannya lebih rendah dibandingkan pengelasan dengan arah turun sehingga panas masukan tiap satuan luas lebih tinggi dibanding dengan pengelasan turun. Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut. Supaya hasil pengelasan baik, maka diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2. Mulai pengelasan pada jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan dengan posisi jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 3. Gerakan elektrode untuk posisi root pass (las akar) adalah berbentuk segitiga teratur dengan jarak busur ½ kali diameter elektroda.
2. Pengelasan turun
Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas bumi. Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat dan lebih ekonomis.
● Pengelasan posisi Fillet
Pengelasan fillet juga disebut sambungan T.joint pada posisi cairan las-lasan diberikan pada posisi menyudut. Pada sambungan ini terdapat diantara material pada posisi mendatar dan posisi tegak. Posisi sambungan ini termasuk posisi sambungan yang relative mudah, namun hal yang perlu diperhatikan pada sambungan ini adalah kemiringan elektroda, gerakan ayunan tergantung pada kondisi atau kebiasaan operator las.
Macam – Macam Sambungan Las :
1. Sambungan Las Sudut
2. Sambungan Las Tumpul
3. Sambungan Las T
4. Sambungan Las Berhimpit
LAS LISTRIK
1. Pengertian las listrik
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam dimana logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa tekanan, atau dapat didefinisikan sebagai akibat dari metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Sebelum atom atom tersebut membentuk ikatan, permukaan yang akan menjadi satu perlu bebas dari gas yang terserap atau oksida-oksida.
3. Mesin las listrik
Mesin las merupakan sumber tenaga yang memberi jenis tenaga listrik yang
diperlukan serta tegangan yang cukup untuk terus melangsungkan suatu lengkung
listrik las.
Sumber tenaga mesin las dapat diperoleh dari:
● Motor bensin atau diesel
● Gardu induk
Tegangan pada mesin las listrik biasanya :
● 110 volt
● 220 volt
● 380 volt
Antara jaringan dengan mesin las pada bengkel terdapat saklar pemutus.
Mesin las digerakkan dengan motor, cocok dipakai untuk pekerjaan lapangan
atau pada bengkel yang tidak mempunyai jaringan listrik. Busur nyala terjadi
apabila dibuat jarak tertentu antara elektroda dengan benda kerja dan kabel massa
dijepitkan ke benda kerja.
Mesin ini memerlukan sumber arus bolak-balik dengan tegangan yang lebih rendah pada lengkung listrik. Keuntungan – keuntungan mesin las AC antara lain : ● Busur nyala kecil, sehingga memperkecil kemungkinan timbunya keropos pada rigi-rigi las. ● Perlengkapan dan perawatan lebih murah
2. Mesin las listrik – Rectifier arus searah (DC)
Mesin ini mengubah arus listrik bolak-balik (AC)
yang masuk, menjadi arus listrik searah (DC)
keluar.
Pada mesin AC, kabel masa dan kabel
elektroda dapat dipertukarkan tanpa
mempengaruhi perubahan panas yang timbul pada busur nyala.
Keuntungan-keuntungan mesin las DC antara lain : ● Busur nyala stabil ● Dapat menggunakan elektroda bersalut dan tidak bersalut ● Dapat mengelas pelat tipis dalam hubungan DCRP ● Dapat dipakai untuk mengelas pada tempat- tempat yang lembab dan sempit
● Helm Las
Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit maupun mata,Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut. Sinar Ias yang sangat terang/kuat itu tidak boleh dilihat dangan mata langsung sampai jarak 16 meter. Oleh karena itu pada saat mengelas harus mengunakan helm/kedok las yang dapat menahan sinsar las dengan kaca las. Ukuran kaca Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan. Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut: No. 6. dipakai untuk Ias titik No. 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper. No. 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper. No. 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper. No. 12. untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper. No. 14 untuk pangelasan diatas 400 amper. Untuk melindungi kacapenyaring ini biasanya pada bagian luar maupun dalam dilapisi dengan kaca putih.
● Apron
Apron adalan alat pelindung badan dari percikan bunga api yang dibuat dari kulit atau dari asbes.
Ada beberapa jenis/bagian apron :
● Apron lengan
● Apron lengkap
● Apron dada
● Sarung Tangan (Welding Gloves)
Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan memegang pemegang elektroda. Pada waktu mengelas harus selalu dipakai sepasang sarung tangan.
● Sepatu Las
Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api, Bila tidak ada sepatu las, sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai
● Masker Las
Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik, maka gunakanlah masker las, agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun.
● Kamar Las
Kamar las di buat dari bahan tahan api, kamar las penting bagi orang yang ada di sekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las. Untuk mengeluarkan gas, sebaiknya kamar las di lengkapi dengan system ventilasi: Didalam kamar las di tempatkan meja las. Meja las harus besih dari bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api.
● Jaket Las
Jaket pelindung badan + Tangan yang terbuat dari kulit / Asbes.
5. Pengkutuban elektroda
● Pengkutuban Langsung
Pada pengkutuban langsung, kabel elektroda dipasang Pada terminal negatif dan kabel massa pada terminal positif. Pengkutuban langsung sering disebut sebegai sirkuit las listrik dengan elektroda negatif. (DC-).
● Pengkutuban terbalik
Untuk pengkutuban terbalik, kabel elektroda dipasang pada terminal positif dan kabel massa dipasang pada terminal negative. Pengkutuban terbalik sering disebut sirkuit las listrik dengan elektroda positif (DC+)
6. Pengaruh pengkutuban pada hasil las
Pemilihan jenis arus maupun pengkutuban pada pangelasan bergantung kepada :
● Jenis bahan dasar yang akan dilas
● Jenis elektroda yang dipergunakan
Pengaruh pengkutuban pada hasil las adalah pada penembusan lasnya. Pengkutuban langsung akan menghasilkan penembusan yang dangkal sedangkan Pada pengkutuban terbalik akan terjadi sebaliknya. Pada arus bolak-balik penembusan yang dihasilkan antara keduanya
7. Tegangan dan arus listrik pada mesin las
Volt adalah suatu satuan tegangan listrik yang dapat diukur dengan suatu alat Voltmeter. Tegangan diantara elektroda dan bahan dasar menggerakkan elektron - elektron melintasi busur.
Ampere adalah jumlah arus listrik yang mengalir yang dapat diukur dengan Amperemeter. Lengkung listrik yang panjang akan menurunkan arus dan menaikkan tegangan.
8. Perlengkapan Las listrik
● Kabel Las
Kabel las biasanya dibuat dari tembaga yang dipilin dan dibungkus dangan karet isolasi. Yang disebut kabel las ada tiga macam yaitu :
● kabel elektroda
● kabel massa
● kabel tenaga
Kabel elektroda adalah kabel yang menghubungkan pesawat las dengan elektroda. Kabel massa menghubungkan pesawat las dengan benda kerja. Kabel tenaga adalah kabel yang menghubungkan sumber tenaga atau jaringan listrik dengan pesawat las. Kabel ini biasanya terdapat pada pesawat las AC atau AC - DC.
● Pemegang elektroda
Ujung yang tidak berselaput dari elektroda dijepit dengan pemegang elektroda.
Pemegang elektroda terdiri dari mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus oleh bahan penyekat. Pada waktu berhenti atau selesai mengelas, bagian pegangan yang tidak berhubungan dengan kabel digantungkan pada gantungan dari bahan fiber atau kayu.
● Palu Las
Palu Las digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las pada jalur Ias dengan jalan memukulkan atau menggoreskan pada daerah las. Berhati-hatilah membersihkan terak Ias dengan palu Ias karena kemungkinan akan memercik Ke mata atau ke bagian badan lainnya
● Sikat Kawat
Dipergunakan untuk :
● Membersihkan benda kerja yang akan dilas
● Membersihkan terak Ias yang sudah lepas dari jalur las oleh pukulan palu las.
● Klem Massa
KLEM MASSA adalah suatu alat untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja. Biasanya klem massa dibuat dari bahan dengan penghantar listrik yang baik seperti Tembaga agar arus listrik dapat mengalir dengan baik, klem massa ini dilengkapi dengan pegas yang kuat. Yang dapat menjepit benda kerja . Walaupun demikian permukaan benda kerja yang akan dijepit dengan klem massa harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran - kotoran seperti karat, cat, minyak.
● Tang Penjepit
Penjepit ( Tang ) digunakan untuk memegang atau memindahkan benda kerja yang masih panas.
9. Proses Penyulutan
Setelah arus dijalankan, elekteroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan disentuhkan sebentar dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda).
● Menyalakan busur listrik
Untuk memperoleh busur yang baik di perlukan pangaturan arur (ampere) yang tepat sesuai dengan type dan ukuran elektroda, Menyalahkan busurd apat dilakukan dengan 2 (dua) cara yakni :
● Bila pesawat Ias yang dipakai pesewat Ias AC, menyalakan busur
dilakukan dengan menggoreskan elektroda pada benda kerja lihat gambar.
● Untuk menyalakan busur pada pesawat Ias DC, elektroda disentuhkan seperti pada gambar.
Bila elektroda harus diganti sebelum pangelasan selesai, maka untuk melanjutkan pengelasan, busur perlu dinyalakan lagi. Menyalakan busur kembali ini dilakukan pada tempat kurang lebih 26 mm dimuka las berhenti seperti pada gambar. Jika busur berhenti di B, busur dinyalakan lagi di A dan kembali ke B untuk melanjutkan pengelasan. Bilamana busur sudah terjadi, elektroda diangkat sedikit dari pekerjaan hingga jaraknya ± sama dengan diameter elektroda. Untuk elektroda diameter 3,25 mm, jarak ujung elektroda dengan permukaan bahan dasar ± 3,25 mm.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan : ●Jika busur nyala terjadi, tahan sehingga jarak ujung elektroda ke logam induk besarnya sama dengan diameter dari penampang elektroda dan geser posisinya ke sisi logam induk. ● Perbesar jarak tersebut(perpanjang nyala busur) menjadi dua kalinya untuk memanaskan logam induk. ● Kalau logam induk telah sebagian mencair, jarak elektroda dibuat sama dengan garis tengah penampang tadi. ● Memadamkan busur listrik Cara pemadaman busur listrik mempunyai pengaruh terhadap mutu penyambungan maniklas. Untuk mendapatkan sambungan maniklas yang baik sebelum elektroda dijauhkan dari logam induk sebaiknya panjang busur dikurangi lebih dahulu dan baru kemudian elektroda dijauhkan dengan arah agak miring.
● Pengaruh panjang busur pada hasil las. Panjang busur (L) Yang normal adalah kurang lebih sama dengan diameter (D) kawat inti elektroda. ● Bila panjang busur tepat (L = D), maka cairan elektroda akan mengalir dan mengendap dengan baik. Hasilnya : ● rigi-rigi las yang halus dan baik. ● tembusan las yang baik ● perpaduan dengan bahan dasar baik ● percikan teraknya halus.
● Bila busur terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, bisa terjadi pembekuan ujung elektroda pada pengelasan (lihat gambar 158 c). hasilnya: ● rigi las tidak merata ● tembusan las tidak baik ● percikan teraknya kasar dan berbentuk bola
Sebaliknya bila arus terlalu besar maka elektroda akan mencair terlalu cepat dan menghasilkan permukaan las yang lebih lebar dan penembusan yang dalam. Besar arus untuk pengelasan tergantung pada jenis kawat las yang dipakai, posisi pengelasan serta tebal bahan dasar
● Pengaruh Besar Arus
Besar arus pada pengelasan mempengaruhi hasil las. Bila arus terlalu rendah akan menyebabkan sukarnya penyalaan busur listrik dan busur listrik yang terjadi tidak stabil. Panas yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan bahan dasar sehingga hasilnya merupakan rigi-rigi las yang kecil dan tidak rata serta penembusan yang kurang dalam.
10. Elektroda
Keterangan :
E menyatakan elektroda
Dua angka setelah E (misalnya 60 atau 70) menyatakan kekuatan tarik defosit las dalam ribuan dengan 1b/inchi2
Angka ke tiga setelah E menyatakan posisi pengelasan, yaitu :
- Angka (1) untuk pengelasan segala posisi
- Angka (2) untuk pengelasan posisi datar dan bawah tangan
d. Angka ke empat setelah E menyatakan jenis selaput dan jenis arus yang cocok dipakai untuk pengelasan.
11. Macam-macam gerakan elektroda
● Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda. Gerakan ini dilakukan untuk
mengatur jarak busur listrik agar tetap.
● Gerakan ayunan elektroda. Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur
las yang dikehendaki.
Ayunan keatas menghasilkan alur las yang kecil, sedangkan ayunan kebawah menghasilkan jalur las yang lebar. Penembusan las pada ayunan keatas lebih dangkal daripada ayunan kehawah.
1 Ayunan segitiga dipakai pada jenis elektroda Hydrogen rendah untuk mendapatkan penembusan las yang baik diantara dua celah pelat. Beberapa bentuk-bentuk ayunan diperlihatkan pada gambar dibawah ini. Titiktitik pada ujung ayunan menyatakan agar gerakan las berhenti sejenak pada tempat tersebutL untuk memberi kesempatan pada cairan las untuk mengisi celah sambungan.
Tembusan las yang dihasilkan dengan gerekan ayun tidak sebaik dengan gerakan lurus elektroda. Waktu yang diperlukan untuk gerakan ayun lebih lama, sehingga dapat menimbulkan pemuaian atau perubahan bentuk dari bahan dasar. Dengan alasan ini maka penggunaan gerakan ayun harus memperhatikan tebal bahan dasar.
12. Posisi pengelasan
● Posisi di bawah tangan
Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah dilakukan. Oleh sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan pengelasan sedapat meungkin di usahakan pada posisi dibawah tangan. Kemiringan elektroda 10 derajat – 20 derajat terhadap garis vertical kea rah jalan elektroda dan 70 derajat-80 derajat terhadap benda kerja.
● Posisi tegak (vertical)
Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas atau ke bawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadapvertikal dan 70 derajat-85 derajat terhadap benda kerja.
● Posisi datar (horizontal)
Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal. Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat – 10 derajat terhadap garis vertical dan 70 derajat – 80 derajat kearah benda kerja
● Posisi di atas kepala (Overhead)
Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang serba lengkap. Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 – 20 Derajat terhadap garis vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja.
● Posisi datar (1G)
Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua sisi, tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja. Type posisi datar (1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah. Dapat diapplikasikan pada material pipa dengan jalan pipa diputar.
● Posisi horizontal (2G)
Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal, yaitu pipa pada posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa. Kesulitan pengelasan posisi horizontal adalah adanya gaya gravitasi akibatnya cairan las akan selalu kebawah. Adapun posisi sudut electrode pengelasan pipa 2G yaitu 90º Panjang gerakan elektrode antara 1-2 kali diameter elektrode. Bila terlalu panjang dapat mengakibatkan kurang baiknya mutu las. Panjang busur diusahakan sependek mungkin yaitu ½ kali diameter elektrode las. Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak terjadi cacat. Gerakan seperti ini diulangi untuk pengisian berikutnya
● Posisi vertikal (3G)
Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate. Posisi 3G ini dilaksanakan pada plate dan elektrode vertikal. Kesulitan pengelasan ini hampir sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi cairan elektrode las akan selalu kebawah
● Posisi horizontal pipa (5G)
Pada pengelasan posisi 5G dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Pengelasan naik
Biasanya dilakukan pada pipa yang mempunyai dinding teal karena membutuhkan panas yang tinggi. Pengelasan arah naik kecepatannya lebih rendah dibandingkan pengelasan dengan arah turun sehingga panas masukan tiap satuan luas lebih tinggi dibanding dengan pengelasan turun. Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut. Supaya hasil pengelasan baik, maka diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2. Mulai pengelasan pada jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan dengan posisi jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 3. Gerakan elektrode untuk posisi root pass (las akar) adalah berbentuk segitiga teratur dengan jarak busur ½ kali diameter elektroda.
2. Pengelasan turun
Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas bumi. Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat dan lebih ekonomis.
● Pengelasan posisi Fillet
Pengelasan fillet juga disebut sambungan T.joint pada posisi cairan las-lasan diberikan pada posisi menyudut. Pada sambungan ini terdapat diantara material pada posisi mendatar dan posisi tegak. Posisi sambungan ini termasuk posisi sambungan yang relative mudah, namun hal yang perlu diperhatikan pada sambungan ini adalah kemiringan elektroda, gerakan ayunan tergantung pada kondisi atau kebiasaan operator las.
Macam – Macam Sambungan Las :
1. Sambungan Las Sudut
2. Sambungan Las Tumpul
3. Sambungan Las T
4. Sambungan Las Berhimpit
Minggu, 11 September 2011
diagram fasa
Presentasi Diagram Fasa
Disusun :
JOKO SETIO PURNOMO
M . BOBY PUTRANAZA
M. ALBARIN
MEIDY GUSNUR SOLEH
Dosen Pembibing:
WIRDA NOVARIKA AK .ST. ,MM
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2011
Diagram Fasa/diagram kesetimbangan fasa (Equilibrium phase diagram)
Pada umumnya logam tidak berdiri sendiri atau keadaan murni, tetapi lebih banyak dalam keadaan dipadu atau logam paduan dengan kandungan unsur-unsur tertentu sehingga struktur yang terdapat dalam keadaan setimbang pada temperatur dan tekanan tertentu akan berlainan.
Kombinasi dua unsur atau lebih yang membentuk paduan logam akan menghasilkan sifat yang berbeda dari logam asalnya.
Tujuan pemaduan = untuk memperbaiki sifat logam
Sifat yang diperbaiki adalah kekuatan, keuletan, kekerasan, ketahanan korosi, ketahanan aus, ketahanan lelah, dll.
Pengertian diagram fasa
Apa itu Diagram Fasa?
Di dalam konteks ilmu logam ( material ) diagram fasa merupakan suatu pemetaan dari kondisi logam atau paduan dengan dua variabel utama umumnya ( konsentrasi dan temperatur ). Diagram fasa merupakan suatu kumpulan kurva limit kelarutan. Secara umum ada 2 jenis diagram fasa yang dipakai, yaitu : diagram fasa biner ( terdiri atas 2 unsur logam ) dan diagram fasa terner ( terdiri atas 3 unsur logam ). Diagram fasa merupakan cara mudah untuk menampilkan wujud zat sebagai fungsi suhu dan tekanan. Dalam diagram fasa, diasumsikan bahwa zat tersebut diisolasi dengan baik dan tidak ada zat lain yang masuk atau keluar sistem.
MACAM –MACAM DIARAM PADUAN / FASA
Diagram Fe – Fe3C.
Diagram paduan larutan sempurna dalam keadaan cair lartan sebagian dalam keadaan padat .
Diagram paduan yang larut sempurna dalam keadaan cair tetapi tidak larut dalam keadan padat dan membentuk senyawa.
Diagram paduan yang larut sempurna dalam keadaan cair tetapi tidak larut dalam keadan padat
Diagram yang larut sempurna dalam keadaan cair maupun padat .
FUNGSI DIAGRAM FASA
1.Bahwa untuk membuat suatu produk tertentu misalnya : mobil terdiri atas bermacam macam komposisi logam atau material. Mulai dari blok mesin, rangka, mesin pendingin, pompa dan komponen lainnya yang menjadikannya sebuah mobil dengan desain oke dan trendy berdasarkan dengan diagram fasa yang menjabarkan berbagai jenis karakteristik logam yang meliputi : kekuatan, keuletan, kekerasan, dan ketangguhannya.
FUNGSI YANG KEDUA
Atau mungkin pembuatan turbin pesawat terbang yang sangat rumit, sangat memperhatikan faktor keselamatan dan daya guna dengan berdasarkan pada perhitungan yang matang dan pemilihan material logam dengan sangat hati-hati dan akurat, yang selalu berdasarkan pada diagram fasa logam sebagai faktor penentu pada saat proses desain, perhitungan, dan pembuatannya supaya bisa digunakan serta dimanfaatkan secara maksimal..
DIAGRAM FASA BAJA (Fe-Fe3C)
Salah satu metode untuk mempelajari logam dilakukan dengan menggunakan diagramfase. Dari diagram fase ini dapat diamati perubahan struktur logam akibat pengaruh temperature.Diagram kesetimbangan fasa Fe-Fe3C adalah alat penting untuk memahami struktur mikro dansifat-sifat baja karbon, suatu jenis logam paduan besi (Fe) dan karbon (C). Karbon larut di dalambesi dalam bentuk larutan padat (solid solution) hingga 0,05% berat pada temperatur ruang. Baja dengan atom karbon terlarut hingga jumlah tersebut memiliki alpha ferrite pada temperatureruang. Pada kadar karbon lebih dari 0,05% akan terbentuk endapan karbon dalam bentuk hardintermetallic stoichiometric compound (Fe3C) yang dikenal sebagai cementite atau carbide.
Diagram fasa dalam temperatur ruangan
Diagram kesetimbangan / diagram fasa yang dapat ditemukan pada temperatur ruang , yaitu :
Alpha-ferrite
Delta-ferrite
Gamma-austenite
Informasi yang di dapatkan dalam diagram fasa
1.Fasa yang terjadi pada komposisi dan temperatur yang berbeda dengan kondisipendinginan lambat.
2.Temperatur pembekuan dan daerah-daerah pembekuan paduan Fe-Fe3C bila dilakukan pendinginan lambat
3.Temperatur cair dari masing-masing paduan
4.Batas-batas kelarutan atau batas kesetimbangan dari unsur karbon pada fasa tertentu.
5.Reaksi-reaksi metalurgis yang terjadi, yaitu reaksi eutektik, peritektik dan eutektif
Iron-carbon diagram fase
Iron-carbon phase diagram describes the iron-carbon system of alloys containing up to 6.67% of carbon, discloses the phases compositions and their transformations occurring with the alloys during their cooling or heating. Besi-karbon diagram fase-karbon menjelaskan sistem besi paduan mengandung sampai dengan 6,67% dari karbon, mengungkapkan fase komposisi dan transformasi mereka terjadi dengan paduan selama pendinginan atau pemanasan.
Carbon content 6.67% corresponds to the fixed composition of the iron carbide Fe 3 C.
DIAGRAM FASA Fe – Fe3C
Pada diagram fasa yang ditunjukkan pada gambar 10.26, Besi murni selama pemanasan menunjukan perubahan struktur Kristal sebelum ini meleleh. Pada temperature ruangan, disebut Ferrite atau α besi yang merupakan struktur Kristal BCC. Ferrite menunjukan transformasi Polymorphic menuju Austenite FCC, atau γ besi pada 912oC (1674oF).disini Austenite menuju 1394oC, yang mana Temperatur Austenite FCC kembali ke fasa BCC yang diketahui sebagai δ Ferrite, yang mana akhirnya meleleh pada temperature 1538o C (2800oF). semua perubahan ini ditunjukan sepanjang garis sumbu vertical sebelah kiri pada diagram fasa.
Pada sumbu komposisi dalam gambar 10.26 yang terdiri 6.7% C, pada konsentrasi ini kadar campuran besi karbida atau Cementite (Fe3C) terbentuk yang mana ditunjukkan oleh garis vertical dalam diagram fasa. Sehingga, sistem dari besi karbon akan dibagi kedalam dua bagian yaitu bagian yang banyak kandungan besi yang ditunjukan pada gambar 10.26 dan yang lainnyatidak ditunjukkan pada komposisi 6.70 – 100% C (Grafit murni). Pada akhirnya, semua baja dan besi cor mengandung kurang dari 6.70% C, yang mana kita dapat menyimpulkan hanya terdapat didalam sistem besi karbida.
Types of phase diagrams
2D phase diagrams
The simplest phase diagrams are pressure-temperature diagrams of a single simple substance, such as water. The axes correspond to the pressure and temperature. The phase diagram shows, in pressure-temperature space, the lines of equilibrium or phase boundaries between the three phases of solid, liquid, and gas.
Other thermodynamic properties
In addition to just temperature or pressure, other thermodynamic properties may be graphed in phase diagrams. Examples of such thermodynamic properties include specific volume, specific enthalpy, or specific entropy. For example, single-component graphs of Temperature vs. specific entropy (T vs. s) for water/steam or for a refrigerant are commonly used to illustrate thermodynamic cycles such as a Carnot cycle, Rankine cycle, or vapor-compression refrigeration cycle.
In a two-dimensional graph, two of the thermodynamic quantities may be shown on the horizontal and vertical axes. Additional thermodymic quantities may each be illustrated in increments as a series of lines - curved, straight, or a combination of curved and straight. Each of these iso-lines represents the thermodynamic quantity at a certain constant value.
p-V-T 3D diagram for fixed amount of pure material
It is possible to envision three-dimensional (3D) graphs showing three thermodynamic quantities. For example for a single component, α 3D Cartesian coordinate type graph can show temperature (T) on one axis, pressure (P) on a second axis, and specific volume (v) on a third. Such α 3D graph is sometimes called a P-v-T diagram. The equilibrium conditions would be shown as α 3D curved surface with areas for solid, liquid, and vapor phases and areas where solid and liquid, solid and vapor, or liquid and vapor coexist in equilibrium. A line on the surface called a triple line is where solid, liquid and vapor can all coexist in equilibrium. The critical point remains a point on the surface even on α 3D phase diagram. An orthographic projection of the 3D P-v-T graph showing pressure and temperature as the vertical and horizontal axes effectively collapses the 3D plot into α 2D pressure-temperature diagram. When this is done, the solid-vapor, solid-liquid, and liquid-vapor surfaces collapse into three corresponding curved lines meeting at the triple point, which is the collapsed orthographic projection of the triple line.
Binary phase diagrams
Other much more complex types of phase diagrams can be constructed, particularly when more than one pure component is present. In that case concentration becomes an important variable. Phase diagrams with more than two dimensions can be constructed that show the effect of more than two variables on the phase of a substance. Phase diagrams can use other variables in addition to or in place of temperature, pressure and composition, for example the strength of an applied electrical or magnetic field and they can also involve substances that take on more than just three states of matter.
A phase diagram for a binary system displaying a eutectic point.
One type of phase diagram plots temperature against the relative concentrations of two substances in a binary mixture called a binary phase diagram, as shown at right. Such a mixture can be either a solid solution, eutectic or peritectic, among others. These two types of mixtures result in very different graphs. Another type of binary phase diagram is a boiling point diagram for a mixture of two components, i. e. chemical compounds. For two particular volatile components at a certain pressure such as atmospheric pressure, a boiling point diagram shows what vapor (gas) compositions are in equilibrium with given liquid compositions depending on temperature. In a typical binary boiling point diagram, temperature is plotted on a vertical axis and mixture composition on a horizontal axis.
Boiling point diagram
A simple example diagram with hypothetical components 1 and 2 in a non-azeotropic mixture is shown at right. The fact that there are two separate curved lines joining the boiling points of the pure components means that the vapor composition is usually not the same as the liquid composition the vapor is in equilibrium with. See Vapor-Liquid Equilibrium for a fuller discussion.
In addition to the above mentioned types of phase diagrams, there are thousands of other possible combinations. Some of the major features of phase diagrams include congruent points, where a solid phase transforms directly into a liquid. There is also the peritectoid, a point where two solid phases combine into one solid phase during cooling. The inverse of this, when one solid phase transforms into two solid phases during heating, is called the eutectoid.
Crystal phase diagrams
Polymorphic and polyamorphic substances have multiple crystal or amorphous phases, which can be graphed in a similar fashion to solid, liquid, and gas phases.
Log-lin Pressure-temperature phase diagram of water. The Roman numerals indicate various ice phases
Mesophase diagrams
Some organic materials pass through intermediate states between solid and liquid; these states are called mesophases. Attention has been directed to mesophases because they enable display devices and have become commercially important through the so-called liquid crystal technology. Phase diagrams are used to describe the occurance of mesophases
SEKIAN DAN TERIMAKASIH
SAMPAI JUMPA
DI LAIN KESEMPATAN
Disusun :
JOKO SETIO PURNOMO
M . BOBY PUTRANAZA
M. ALBARIN
MEIDY GUSNUR SOLEH
Dosen Pembibing:
WIRDA NOVARIKA AK .ST. ,MM
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2011
Diagram Fasa/diagram kesetimbangan fasa (Equilibrium phase diagram)
Pada umumnya logam tidak berdiri sendiri atau keadaan murni, tetapi lebih banyak dalam keadaan dipadu atau logam paduan dengan kandungan unsur-unsur tertentu sehingga struktur yang terdapat dalam keadaan setimbang pada temperatur dan tekanan tertentu akan berlainan.
Kombinasi dua unsur atau lebih yang membentuk paduan logam akan menghasilkan sifat yang berbeda dari logam asalnya.
Tujuan pemaduan = untuk memperbaiki sifat logam
Sifat yang diperbaiki adalah kekuatan, keuletan, kekerasan, ketahanan korosi, ketahanan aus, ketahanan lelah, dll.
Pengertian diagram fasa
Apa itu Diagram Fasa?
Di dalam konteks ilmu logam ( material ) diagram fasa merupakan suatu pemetaan dari kondisi logam atau paduan dengan dua variabel utama umumnya ( konsentrasi dan temperatur ). Diagram fasa merupakan suatu kumpulan kurva limit kelarutan. Secara umum ada 2 jenis diagram fasa yang dipakai, yaitu : diagram fasa biner ( terdiri atas 2 unsur logam ) dan diagram fasa terner ( terdiri atas 3 unsur logam ). Diagram fasa merupakan cara mudah untuk menampilkan wujud zat sebagai fungsi suhu dan tekanan. Dalam diagram fasa, diasumsikan bahwa zat tersebut diisolasi dengan baik dan tidak ada zat lain yang masuk atau keluar sistem.
MACAM –MACAM DIARAM PADUAN / FASA
Diagram Fe – Fe3C.
Diagram paduan larutan sempurna dalam keadaan cair lartan sebagian dalam keadaan padat .
Diagram paduan yang larut sempurna dalam keadaan cair tetapi tidak larut dalam keadan padat dan membentuk senyawa.
Diagram paduan yang larut sempurna dalam keadaan cair tetapi tidak larut dalam keadan padat
Diagram yang larut sempurna dalam keadaan cair maupun padat .
FUNGSI DIAGRAM FASA
1.Bahwa untuk membuat suatu produk tertentu misalnya : mobil terdiri atas bermacam macam komposisi logam atau material. Mulai dari blok mesin, rangka, mesin pendingin, pompa dan komponen lainnya yang menjadikannya sebuah mobil dengan desain oke dan trendy berdasarkan dengan diagram fasa yang menjabarkan berbagai jenis karakteristik logam yang meliputi : kekuatan, keuletan, kekerasan, dan ketangguhannya.
FUNGSI YANG KEDUA
Atau mungkin pembuatan turbin pesawat terbang yang sangat rumit, sangat memperhatikan faktor keselamatan dan daya guna dengan berdasarkan pada perhitungan yang matang dan pemilihan material logam dengan sangat hati-hati dan akurat, yang selalu berdasarkan pada diagram fasa logam sebagai faktor penentu pada saat proses desain, perhitungan, dan pembuatannya supaya bisa digunakan serta dimanfaatkan secara maksimal..
DIAGRAM FASA BAJA (Fe-Fe3C)
Salah satu metode untuk mempelajari logam dilakukan dengan menggunakan diagramfase. Dari diagram fase ini dapat diamati perubahan struktur logam akibat pengaruh temperature.Diagram kesetimbangan fasa Fe-Fe3C adalah alat penting untuk memahami struktur mikro dansifat-sifat baja karbon, suatu jenis logam paduan besi (Fe) dan karbon (C). Karbon larut di dalambesi dalam bentuk larutan padat (solid solution) hingga 0,05% berat pada temperatur ruang. Baja dengan atom karbon terlarut hingga jumlah tersebut memiliki alpha ferrite pada temperatureruang. Pada kadar karbon lebih dari 0,05% akan terbentuk endapan karbon dalam bentuk hardintermetallic stoichiometric compound (Fe3C) yang dikenal sebagai cementite atau carbide.
Diagram fasa dalam temperatur ruangan
Diagram kesetimbangan / diagram fasa yang dapat ditemukan pada temperatur ruang , yaitu :
Alpha-ferrite
Delta-ferrite
Gamma-austenite
Informasi yang di dapatkan dalam diagram fasa
1.Fasa yang terjadi pada komposisi dan temperatur yang berbeda dengan kondisipendinginan lambat.
2.Temperatur pembekuan dan daerah-daerah pembekuan paduan Fe-Fe3C bila dilakukan pendinginan lambat
3.Temperatur cair dari masing-masing paduan
4.Batas-batas kelarutan atau batas kesetimbangan dari unsur karbon pada fasa tertentu.
5.Reaksi-reaksi metalurgis yang terjadi, yaitu reaksi eutektik, peritektik dan eutektif
Iron-carbon diagram fase
Iron-carbon phase diagram describes the iron-carbon system of alloys containing up to 6.67% of carbon, discloses the phases compositions and their transformations occurring with the alloys during their cooling or heating. Besi-karbon diagram fase-karbon menjelaskan sistem besi paduan mengandung sampai dengan 6,67% dari karbon, mengungkapkan fase komposisi dan transformasi mereka terjadi dengan paduan selama pendinginan atau pemanasan.
Carbon content 6.67% corresponds to the fixed composition of the iron carbide Fe 3 C.
DIAGRAM FASA Fe – Fe3C
Pada diagram fasa yang ditunjukkan pada gambar 10.26, Besi murni selama pemanasan menunjukan perubahan struktur Kristal sebelum ini meleleh. Pada temperature ruangan, disebut Ferrite atau α besi yang merupakan struktur Kristal BCC. Ferrite menunjukan transformasi Polymorphic menuju Austenite FCC, atau γ besi pada 912oC (1674oF).disini Austenite menuju 1394oC, yang mana Temperatur Austenite FCC kembali ke fasa BCC yang diketahui sebagai δ Ferrite, yang mana akhirnya meleleh pada temperature 1538o C (2800oF). semua perubahan ini ditunjukan sepanjang garis sumbu vertical sebelah kiri pada diagram fasa.
Pada sumbu komposisi dalam gambar 10.26 yang terdiri 6.7% C, pada konsentrasi ini kadar campuran besi karbida atau Cementite (Fe3C) terbentuk yang mana ditunjukkan oleh garis vertical dalam diagram fasa. Sehingga, sistem dari besi karbon akan dibagi kedalam dua bagian yaitu bagian yang banyak kandungan besi yang ditunjukan pada gambar 10.26 dan yang lainnyatidak ditunjukkan pada komposisi 6.70 – 100% C (Grafit murni). Pada akhirnya, semua baja dan besi cor mengandung kurang dari 6.70% C, yang mana kita dapat menyimpulkan hanya terdapat didalam sistem besi karbida.
Types of phase diagrams
2D phase diagrams
The simplest phase diagrams are pressure-temperature diagrams of a single simple substance, such as water. The axes correspond to the pressure and temperature. The phase diagram shows, in pressure-temperature space, the lines of equilibrium or phase boundaries between the three phases of solid, liquid, and gas.
Other thermodynamic properties
In addition to just temperature or pressure, other thermodynamic properties may be graphed in phase diagrams. Examples of such thermodynamic properties include specific volume, specific enthalpy, or specific entropy. For example, single-component graphs of Temperature vs. specific entropy (T vs. s) for water/steam or for a refrigerant are commonly used to illustrate thermodynamic cycles such as a Carnot cycle, Rankine cycle, or vapor-compression refrigeration cycle.
In a two-dimensional graph, two of the thermodynamic quantities may be shown on the horizontal and vertical axes. Additional thermodymic quantities may each be illustrated in increments as a series of lines - curved, straight, or a combination of curved and straight. Each of these iso-lines represents the thermodynamic quantity at a certain constant value.
p-V-T 3D diagram for fixed amount of pure material
It is possible to envision three-dimensional (3D) graphs showing three thermodynamic quantities. For example for a single component, α 3D Cartesian coordinate type graph can show temperature (T) on one axis, pressure (P) on a second axis, and specific volume (v) on a third. Such α 3D graph is sometimes called a P-v-T diagram. The equilibrium conditions would be shown as α 3D curved surface with areas for solid, liquid, and vapor phases and areas where solid and liquid, solid and vapor, or liquid and vapor coexist in equilibrium. A line on the surface called a triple line is where solid, liquid and vapor can all coexist in equilibrium. The critical point remains a point on the surface even on α 3D phase diagram. An orthographic projection of the 3D P-v-T graph showing pressure and temperature as the vertical and horizontal axes effectively collapses the 3D plot into α 2D pressure-temperature diagram. When this is done, the solid-vapor, solid-liquid, and liquid-vapor surfaces collapse into three corresponding curved lines meeting at the triple point, which is the collapsed orthographic projection of the triple line.
Binary phase diagrams
Other much more complex types of phase diagrams can be constructed, particularly when more than one pure component is present. In that case concentration becomes an important variable. Phase diagrams with more than two dimensions can be constructed that show the effect of more than two variables on the phase of a substance. Phase diagrams can use other variables in addition to or in place of temperature, pressure and composition, for example the strength of an applied electrical or magnetic field and they can also involve substances that take on more than just three states of matter.
A phase diagram for a binary system displaying a eutectic point.
One type of phase diagram plots temperature against the relative concentrations of two substances in a binary mixture called a binary phase diagram, as shown at right. Such a mixture can be either a solid solution, eutectic or peritectic, among others. These two types of mixtures result in very different graphs. Another type of binary phase diagram is a boiling point diagram for a mixture of two components, i. e. chemical compounds. For two particular volatile components at a certain pressure such as atmospheric pressure, a boiling point diagram shows what vapor (gas) compositions are in equilibrium with given liquid compositions depending on temperature. In a typical binary boiling point diagram, temperature is plotted on a vertical axis and mixture composition on a horizontal axis.
Boiling point diagram
A simple example diagram with hypothetical components 1 and 2 in a non-azeotropic mixture is shown at right. The fact that there are two separate curved lines joining the boiling points of the pure components means that the vapor composition is usually not the same as the liquid composition the vapor is in equilibrium with. See Vapor-Liquid Equilibrium for a fuller discussion.
In addition to the above mentioned types of phase diagrams, there are thousands of other possible combinations. Some of the major features of phase diagrams include congruent points, where a solid phase transforms directly into a liquid. There is also the peritectoid, a point where two solid phases combine into one solid phase during cooling. The inverse of this, when one solid phase transforms into two solid phases during heating, is called the eutectoid.
Crystal phase diagrams
Polymorphic and polyamorphic substances have multiple crystal or amorphous phases, which can be graphed in a similar fashion to solid, liquid, and gas phases.
Log-lin Pressure-temperature phase diagram of water. The Roman numerals indicate various ice phases
Mesophase diagrams
Some organic materials pass through intermediate states between solid and liquid; these states are called mesophases. Attention has been directed to mesophases because they enable display devices and have become commercially important through the so-called liquid crystal technology. Phase diagrams are used to describe the occurance of mesophases
SEKIAN DAN TERIMAKASIH
SAMPAI JUMPA
DI LAIN KESEMPATAN
Langganan:
Postingan (Atom)